AKSI NYATA MODUL 1.4_MENUMBUHKAN BUDAYA POSITIF

MENUMBUHKAN BUDAYA POSITIF

MELALUI KESEPAKATAN KELAS

    Budaya sekolah menurut Fullan (2007) adalah keyakinan-keyakinan dan nilai-nilai yang terlihat dari bagaimana sekolah menjalankan aktivitas sehari-hari. Sedangkan Deal dan Peterson (1999) mendefinisikan budaya sekolah sebagai berbagai tradisi dan kebiasaan keseharian yang dibangun dalam jangka waktu yang lama oleh guru, murid, orang tua, dan staf administrasi yang bekerjasama dalam menghadapi berbagai krisis dan pencapaian. Budaya positif di sekolah ialah  nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, dan kebiasaan-kebiasaan di sekolah yang berpihak pada murid agar murid dapat berkembang menjadi pribadi yang kritis, penuh hormat dan bertanggung jawab. Dalam mewujudkan budaya positif ini, guru memegang peranan sentral. Guru perlu memahami posisi apa yang tepat untuk dapat mewujudkan budaya positif baik lingkup kelas maupun sekolah. Selain itu, pemahaman akan disiplin positif juga diperlukan karena sebagai pamong, guru diharapkan dapat menuntun murid untuk menjadi pribadi yang bertanggung jawab.

    Budaya positif bukanlah hal yang secara instan bisa ditanamkan di sekolah namun melalui proses dan dengan kurun waktu tertentu. Salah satu upaya ataupun panduan interaksi murid dan guru dalam menumbuhkan budaya positif yang berpihak pada murid yaitu membuat kesepakatan kelas. Adapun tujuan dari pembuatan kesepakatan kelas yaitu: (1) membentuk lingkungan kelas yang mendukung terciptanya budaya positif di kelas, (2) membantu dan memudahkan proses belajar mengajar, dan (3) membangun suasana belajar yang menyenangkan atau tidak menekan

    Kesepakatan kelas berisi beberapa aturan untuk membantu guru dan murid bekerja bersama membentuk kegiatan belajar mengajar yang efektif. Kesepakatan kelas tidak hanya berisi harapan guru terhadap murid, tapi juga harapan murid terhadap guru. Kesepakatan disusun dan dikembangkan bersama-sama antara guru dan murid. Dalam menyusun kesepakatan kelas, guru perlu mempertimbangkan hal yang penting dan hal yang bisa dikesampingkan. Jika berlebihan, murid akan merasa kesulitan dan tidak mendapatkan makna dari kesepakatan kelas tersebut. Kesepakatan harus disusun dengan jelas sehingga murid dapat memahami perilaku apa yang diharapkan dari mereka. Kesepakatan perlu dapat diperbaiki dan dikembangkan secara berkala, seperti setiap awal semester. Untuk mempermudah pemahaman murid, kesepakatan dapat ditulis, digambar, atau disusun sedemikian rupa sehingga dapat dipahami dan disadari oleh murid. 

    Berdasarkan uraian di atas mengenai pentingnya kesepakatan kelas, maka penulis mencoba menyusun rancangan program aksi nyata untuk membuat kesepakatan kelas. Kelas yang disasar adalah kelas 7A9, 7A10, 7A11 yang tergabung dalam kelompok 3 pada kegiatan matrikulasi di SMP N 1 Singaraja. Linimasa tindakan yang dilakukan dalam aksi nyata pembuatan kesepakatan kelas sebagai berikut:

  1. Melakukan diagnosis terhadap permasalahan yang dihadapi murid melalui wawancara dan atau angket berbantukan google form "Kuisioner Gali Mimpi"
  2. Menginformasikan hasil wawancara/ angket kepada murid.
  3. Menggali keinginan murid yang sebenarnya terhadap pelaksanaan pembelajaran dan menentukan visi kelas impian.
  4. Menggali ide-ide murid untuk mewujudkan visi kelas impian.
  5. Menuliskan ide-ide murid menjadi butir-butir kesepakatan (kalimat singkat bermuatan budaya positif yang ingin dibangun).
  6. Memilih butir-butir kesepakatan berdasarkan urgensi (sesuai dengan tujuan).
  7. Menuliskan butir-butir kesepakatan dalam sebuah poster atau tayangan presentasi
  8. Menandatangani kesepakatan yang dibuat sebagai bentuk komitmen oleh guru dan murid.
  9. Melaksanakan kesepakatan.
  10. Melakukan refleksi terhadap pelaksanaan kesepakatan.
    Dari hasil penggalian mimpi melalui kuisiner dan wawancara singkat dengan murid, maka visi serta ide-ide mewujudkan visi dituangkan dalam bentuk video presentasi "KESEPAKATAN KELAS DAN ETIKA BELAJAR DARING KELAS IBU NISA" yang sudah disepakati bersama antara murid dan guru.

Refleksi Kegiatan Aksi Nyata

Perencanaan:
Pada tahap ini penulis melakukan banyak penyesuaian terhadap rancangan aksi nyata yang sudah pernah dibuat sebelumnya, karena terkait penugasan mengajar yang diberikan sekolah. Rancangan aksi nyata sebelumnya dibuat untuk meningkatkan antusiasme belajar daring pada murid kelas 9, namun diubahsesuaikan dengan penugasan mengajar yaitu untuk kelas 7. Saat ini penulis ragu untuk bisa melaksanakan kesepakatan kelas, karena kondisi murid yang sama sekali belum tahu apa itu kesepakatan kelas. Walaupun demikian penulis tetap berusaha menjalankan aksi nyata yang dibuat, sehingga dapat menghasilkan satu video presentasi kesepakatan kelas.

Pelaksanaan:
Dampak langsung yang dirasakan penulis setelah penerapan kesepakatan kelas ini antara lain:
  1. Murid menjadi lebih sopan dan menghargai guru serta temannya. Hal ini sangat terasa saat murid ingin mengajukan ataupun menjawab pertanyaan guru. Murid menggunakan fasilitas raise hand pada aplikasi dan dengan sabar menunggu giliran untuk ditunjuk.
  2. Pembelajaran menjadi lebih mudah dan terasa menyenangkan karena setiap orang saling menghormati. Murid lebih fokus saat guru menjelaskan karena tidak ada suara lain yang mengganggu dan mendapatkan penjelasan yang utuh dari guru.
  3. Murid merasa terlibat dalam pembelajaran dan memiliki tenggungjawab menjalankan kesepakatan serta etika yang telah disetujui bersama. Hal ini tampak saat beberapa murid yang selalu mengingatkan etika daring baik melalui grup atau saat pembelajaran berlangsung dikala ada murid yang mungkin lupa mengikuti etika belajar daring.
Mencermati dampak langsung yang dirasakan penulis terhadap kesepakatan dan etika belajar daring, perasaan penulis sangat bahagia, lega, dan juga menjadi lebih bersemangat dalam melakukan pembelajaran. Selain itu dampak tak langsung yang dirasakan yaitu penulis berusaha mencari cara atau strategi yang bisa dilakukan agar pembelajaran menjadi lebih menyenangkan misalnya dengan menggunakan game melalui aplikasi quiziz ataupun wordwall.
Selain dampak positif yang dirasakan oleh penulis, ada beberapa hal yang masih perlu penulis rencanakan untuk perbaikan, yaitu:
  1. Masih belum semua ide murid tersampaikan pada kesepakatan, karena murid masih tergabung dalam kelompok besar yang terdiri dari 3 kelas. Rencana perbaikannya yaitu penulis akan merefleksi ulang kesepakatan dan etika belajar daring yang dibuat sesuai dengan kelas masing-masing.
  2. Masih ada beberapa murid yang lupa terutama terhadap etika belajar daring sehingga penulis merasa perlu melakukan penekanan ataupun mengingatkan kembali etika belajar daring sebelum pembelajaran berlangsung.
  3. Karena masih dalam pembelajaran daring, kesepakatan masih disetujui dalam bentuk verbal. Kesepakatan masih belum berisi tanda tangan guru maupun murid. Penulis berencana meminta tanda tangan seluruh murid yang nantinya akan dicantumkan dalam kesepakatan.
  4. Penulis akan merencanakan proses refleksi terhadap kesepakatan "Kelompok" agar bisa disesuaikan dengan kondisi "Kelas" nantinya.
Membuat kesepakatan sepertinya hal sederhana yang bisa dilakukan guru dan murid. Namun dibalik tindakan yang sederhana tersebut memiliki dampak luar biasa terhadap penumbuhan budaya positif seperti rasa menghormati, menghargai, dan tanggungjawab serta dapat memudahkan guru dalam melakukan proses pembelajaran yang berpihak pada murid.

Dokumentasi:
 
Pengiriman Kuisioner Gali Mimpi Murid Melalui WA Grup

Respon Siswa Terhadap Kuisioner

Murid Mengungkapkan Keinginan atau Ide

Penyampaian Butir Kesepakatan Kelas dan Etika Belajar Daring

Anggota Kelas Saling Mengingatkan Tentang Etika Belajar Daring




Komentar

Postingan populer dari blog ini

BERBAGI AKSI NYATA (1.1.a.10.1)

SINTESIS MATERI MODUL 3.2 PEMIMPIN DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA

DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 3.1 JURNAL MONOLOG